Negara Federasi: Mata Uang, Sistem Moneter, dan Kebijakan Ekonomi

Negara Federasi: Mata Uang, Sistem Moneter, dan Kebijakan Ekonomi

Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
mitsuyokitamura.com, 29 Mei 2025

Negara federasi adalah bentuk pemerintahan di mana kedaulatan dibagi antara pemerintah pusat dan entitas subnasional seperti negara bagian, provinsi, atau wilayah. Dalam konteks mata uang dan moneter, negara federasi memiliki sistem yang kompleks karena kebijakan moneter biasanya dikendalikan oleh bank sentral nasional, sementara entitas subnasional dapat memiliki pengaruh terbatas terhadap ekonomi lokal. Mata uang resmi biasanya bersifat tunggal dan dikelola oleh otoritas pusat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan internasional. Artikel ini menguraikan secara mendalam konsep negara federasi, sistem moneter, mata uang yang digunakan, kebijakan moneter, serta tantangan dan relevansinya hingga Mei 2025, dengan studi kasus pada Amerika Serikat, Rusia, dan Malaysia.


1. Pengertian Negara Federasi

a. Definisi Negara Federasi

Menurut Encyclopaedia Britannica, negara federasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat dan entitas subnasional (negara bagian, provinsi, atau wilayah) melalui konstitusi. Pemerintah pusat biasanya bertanggung jawab atas urusan nasional seperti kebijakan moneter, pertahanan, dan hubungan luar negeri, sementara entitas subnasional memiliki otonomi dalam urusan lokal seperti pendidikan dan perpajakan. Contoh negara federasi meliputi Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Australia, Brasil, dan Malaysia.

b. Karakteristik Negara Federasi

Berdasarkan analisis World Bank dan literatur politik, karakteristik utama negara federasi adalah:

  • Pembagian Kedaulatan: Konstitusi menetapkan pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah.
  • Otonomi Subnasional: Entitas subnasional memiliki pemerintahan sendiri dengan hak legislatif dan eksekutif.
  • Bank Sentral Nasional: Kebijakan moneter biasanya dikendalikan oleh bank sentral untuk menjaga stabilitas mata uang.
  • Mata Uang Tunggal: Sebagian besar federasi menggunakan satu mata uang resmi untuk menyatukan ekonomi nasional.
  • Keberagaman Regional: Federasi sering kali mencerminkan keberagaman budaya, bahasa, dan ekonomi antarwilayah.

c. Relevansi Moneter dalam Federasi

Sistem moneter di negara federasi sangat penting karena menentukan stabilitas ekonomi nasional dan hubungan dengan pasar global. Bank sentral, seperti Federal Reserve di Amerika Serikat atau Bank Negara Malaysia, bertugas mengatur peredaran uang, suku bunga, dan nilai tukar untuk mencapai tujuan seperti inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan.


2. Mata Uang di Negara Federasi

a. Prinsip Mata Uang dalam Federasi

Sebagian besar negara federasi menggunakan mata uang tunggal untuk memfasilitasi perdagangan antarwilayah, mengurangi biaya transaksi, dan memperkuat identitas nasional. Mata uang ini dikeluarkan oleh bank sentral dan diakui sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah federasi. Menurut Gramedia Literasi, mata uang mencerminkan kedaulatan ekonomi suatu negara dan memainkan peran kunci dalam transaksi domestik dan internasional.

b. Contoh Mata Uang di Negara Federasi

Berikut adalah mata uang resmi di beberapa negara federasi terkemuka:

c. Penggunaan Mata Uang Asing

Beberapa negara federasi kecil atau bekas wilayah perwalian, seperti Negara Federasi Mikronesia, Palau, dan Kepulauan Marshall, menggunakan dolar AS sebagai mata uang resmi karena keterbatasan infrastruktur moneter dan hubungan historis dengan AS. Hal ini memungkinkan stabilitas ekonomi tetapi mengurangi kedaulatan moneter.


3. Sistem Moneter di Negara Federasi

a. Pengertian Sistem Moneter

Sistem moneter adalah kebijakan dan peraturan yang mengatur peredaran uang, nilai tukar, dan cadangan devisa dalam suatu negara. Menurut Pintu Blog, sistem moneter mencakup pengaturan jumlah uang yang beredar untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas harga, dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Di negara federasi, sistem moneter biasanya terpusat di bank sentral untuk memastikan keseragaman kebijakan di seluruh wilayah.

b. Jenis Kebijakan Moneter

Berdasarkan Gramedia Literasi, ada dua jenis utama kebijakan moneter:

  • Kebijakan Moneter Ekspansif: Meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk merangsang ekonomi, misalnya dengan menurunkan suku bunga atau mencetak uang baru. Kebijakan ini digunakan saat resesi untuk mengurangi pengangguran.
  • Kebijakan Moneter Kontraktif: Mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi, misalnya dengan menaikkan suku bunga atau menjual obligasi pemerintah. Kebijakan ini diterapkan saat ekonomi mengalami inflasi tinggi.

c. Instrumen Kebijakan Moneter

Bank sentral menggunakan beberapa instrumen untuk mengatur sistem moneter, termasuk:

  • Suku Bunga Acuan: Menentukan biaya pinjaman, seperti Federal Funds Rate di AS atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di Indonesia.
  • Operasi Pasar Terbuka: Pembelian atau penjualan obligasi pemerintah untuk mengatur likuiditas.
  • Rasio Cadangan Wajib: Persentase dana yang harus disimpan bank komersial di bank sentral.
  • Kontrol Kredit: Pengaturan kredit untuk sektor tertentu.
  • Devaluasi: Penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing untuk meningkatkan ekspor.

d. Sistem Moneter Internasional

Negara federasi sering terlibat dalam sistem moneter internasional, seperti yang diatur oleh IMF dan Bank Dunia. Sistem ini menggunakan nilai tukar mengambang (floating exchange rate), di mana nilai mata uang ditentukan oleh pasar. Perjanjian Bretton Woods 1944 menetapkan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, memengaruhi kebijakan moneter global hingga kini.


4. Studi Kasus: Kebijakan Moneter di Negara Federasi

a. Amerika Serikat

  • Mata Uang: Dolar AS (USD), dikeluarkan oleh Federal Reserve System, didirikan pada 1913 melalui Federal Reserve Act. Dolar AS adalah mata uang cadangan utama dunia sejak 1920-an, diperkuat oleh Perjanjian Bretton Woods 1944.
  • Sistem Moneter: Federal Reserve mengelola kebijakan moneter melalui Federal Open Market Committee (FOMC), yang menetapkan suku bunga dan mengatur uang yang beredar (M0, M1, M2). Pada September 2024, Federal Reserve memangkas Federal Funds Rate sebesar 50 bps ke 4,75%–5,00% untuk merespons inflasi yang melambat.
  • Tantangan: Ketidakpastian geopolitik dan utang nasional yang tinggi (diperkirakan mencapai $35 triliun pada 2025) menekan kebijakan moneter. Hak istimewa dolar AS memungkinkan AS meminjam dalam jumlah besar tanpa krisis neraca pembayaran, tetapi de-dolarisasi oleh negara seperti Rusia dan China menjadi ancaman.
  • Dampak Federalisme: Negara bagian seperti California dan Texas memiliki ekonomi besar, tetapi kebijakan moneter tetap terpusat di Federal Reserve, memastikan keseragaman.

b. Rusia

  • Mata Uang: Rubel Rusia (RUB), dikeluarkan oleh Bank Sentral Rusia. Rubel digunakan di 85 subjek federal, termasuk republik, krai, dan oblast.
  • Sistem Moneter: Bank Sentral Rusia mengelola kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas rubel, terutama setelah sanksi Barat akibat konflik Ukraina. Pada 2023, Rusia meningkatkan penggunaan rubel dan yuan China dalam perdagangan bilateral untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
  • Tantangan: Inflasi tinggi dan fluktuasi nilai tukar akibat sanksi menantang stabilitas moneter. Rusia mendorong de-dolarisasi bersama negara BRICS untuk memperkuat rubel.
  • Dampak Federalisme: Subjek federal seperti Tatarstan memiliki otonomi ekonomi terbatas, tetapi kebijakan moneter tetap dikendalikan pusat untuk mencegah fragmentasi.

c. Malaysia

  • Mata Uang: Ringgit Malaysia (MYR), dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia sejak 1975. Sebelumnya, Malaysia menggunakan dolar Malaya.
  • Sistem Moneter: Bank Negara Malaysia mengelola kebijakan moneter untuk menjaga inflasi rendah dan nilai tukar stabil. Pada 2023, Malaysia mendorong penggunaan ringgit dalam perdagangan regional ASEAN untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
  • Tantangan: Ekonomi Malaysia bergantung pada ekspor komoditas seperti minyak sawit, membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga global. Integrasi moneter ASEAN tetap sulit karena perbedaan kepentingan ekonomi.
  • Dampak Federalisme: Negara bagian seperti Sabah dan Sarawak memiliki otonomi ekonomi, tetapi kebijakan moneter terpusat di Bank Negara Malaysia untuk menjaga kesatuan ekonomi.

5. Tantangan Sistem Moneter di Negara Federasi

a. Ketidakseragaman Ekonomi Regional

Negara federasi sering menghadapi disparitas ekonomi antarwilayah. Misalnya, di AS, California memiliki ekonomi berbasis teknologi, sementara Alabama bergantung pada pertanian. Kebijakan moneter tunggal mungkin tidak cocok untuk semua wilayah, menyebabkan ketimpangan.

b. Ketergantungan pada Mata Uang Asing

Beberapa federasi kecil, seperti Negara Federasi Mikronesia, mengadopsi dolar AS, mengorbankan kedaulatan moneter demi stabilitas. Hal ini membatasi kemampuan mereka mengatur ekonomi domestik.

c. De-dolarisasi dan Geopolitik

Hingga Mei 2025, tren de-dolarisasi oleh negara seperti Rusia dan China menantang dominasi dolar AS. Negara federasi seperti Rusia mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional, tetapi ini memerlukan cadangan devisa yang kuat.

d. Inflasi dan Krisis Ekonomi

Inflasi tinggi, seperti yang dialami Rusia akibat sanksi, atau krisis neraca pembayaran, seperti di Brasil, menantang bank sentral untuk menjaga stabilitas moneter. Kebijakan seperti devaluasi dapat memperburuk inflasi jika tidak dikelola dengan baik.

e. Koordinasi dengan Entitas Subnasional

Otonomi fiskal entitas subnasional dapat mengganggu kebijakan moneter nasional. Misalnya, di Malaysia, kebijakan pajak lokal di Sarawak harus selaras dengan strategi moneter nasional.


6. Relevansi dan Pelajaran untuk Masa Depan

a. Relevansi pada 2025

Sistem moneter di negara federasi tetap relevan di tengah tantangan global seperti digitalisasi ekonomi, cryptocurrency, dan perubahan iklim. Bank sentral harus beradaptasi dengan:

  • Mata Uang Digital: Bank sentral seperti Bank Negara Malaysia dan Federal Reserve sedang menjajaki central bank digital currency (CBDC) untuk meningkatkan efisiensi transaksi.
  • Krisis Geopolitik: Sanksi ekonomi dan de-dolarisasi mendorong diversifikasi cadangan devisa.
  • Integrasi Regional: Malaysia dan ASEAN mendorong transaksi dalam mata uang lokal untuk memperkuat ekonomi regional.

b. Pelajaran dari Negara Federasi

  • Pusatkan Kebijakan Moneter: Federalisme memerlukan bank sentral yang kuat untuk menjaga stabilitas nasional, seperti Federal Reserve di AS.
  • Fleksibilitas Regional: Negara bagian harus memiliki otonomi fiskal terbatas untuk mendukung kebijakan moneter nasional.
  • Diversifikasi Cadangan: Negara federasi harus mendiversifikasi cadangan devisa untuk mengurangi risiko de-dolarisasi.
  • Koordinasi Internasional: Kerja sama dengan IMF dan Bank Dunia penting untuk mengatasi krisis ekonomi.

c. Tantangan ke Depan

Hingga Mei 2025, negara federasi menghadapi tantangan seperti:

  • Otomatisasi dan AI: Mengurangi lapangan kerja, memerlukan kebijakan moneter ekspansif untuk merangsang ekonomi.
  • Perubahan Iklim: Biaya adaptasi memengaruhi anggaran nasional, menekan kebijakan moneter.
  • Kripto dan Desentralisasi: Cryptocurrency menantang monopoli bank sentral atas mata uang.

7. Kesimpulan

Negara federasi, dengan struktur pemerintahan yang membagi kedaulatan antara pusat dan daerah, mengelola mata uang dan sistem moneter melalui bank sentral untuk memastikan stabilitas ekonomi. Mata uang tunggal, seperti dolar AS, rubel Rusia, dan ringgit Malaysia, memperkuat integrasi ekonomi nasional, sementara kebijakan moneter seperti suku bunga dan operasi pasar terbuka mengendalikan inflasi dan pertumbuhan. Studi kasus Amerika Serikat, Rusia, dan Malaysia menunjukkan bahwa federalisme memerlukan koordinasi ketat antara kebijakan nasional dan regional, meskipun tantangan seperti disparitas ekonomi, de-dolarisasi, dan krisis geopolitik tetap ada.

Hingga Mei 2025, negara federasi harus beradaptasi dengan digitalisasi, krisis iklim, dan perubahan dinamika moneter global. Pelajaran dari federasi terkemuka menekankan pentingnya bank sentral yang kuat, diversifikasi cadangan devisa, dan kerja sama internasional. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi sumber seperti Bank Indonesia (www.bi.go.id), IMF (www.imf.org), atau World Bank (www.worldbank.org). Sistem moneter yang adaptif dan terkoordinasi adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan di negara federasi.


BACA JUGA: Kehidupan Seperti Catur: Ketidak pastian Langkah demi Langkah Walaupun Meski Manusia Penuh Dengan Skenario

BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial

BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern