mitsuyokitamura.com, 12 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Negara federasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat dan entitas subnasional, seperti negara bagian, provinsi, atau kanton. Sistem ini memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya, termasuk lingkungan hidup, tetapi juga menciptakan tantangan koordinasi antar tingkat pemerintahan. Di tengah krisis global seperti perubahan iklim, deforestasi, polusi, dan hilangnya biodiversitas, kebijakan lingkungan hidup di negara-negara federasi menjadi sorotan penting. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, dan Brasil, yang menganut sistem federasi, memiliki pendekatan unik dalam mengelola lingkungan hidup, dipengaruhi oleh struktur politik, prioritas ekonomi, dan tekanan masyarakat sipil.
Artikel ini menyajikan analisis mendalam, akurat, dan terpercaya tentang lingkungan hidup dan kebijakan lingkungan hidup di negara-negara federasi, dengan fokus pada Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, dan Brasil. Informasi disusun berdasarkan sumber-sumber kredibel seperti United Nations Environment Programme (UNEP), World Bank, Environmental Science & Policy, laporan pemerintah resmi, serta publikasi seperti The Guardian dan Reuters. Artikel ini mengulas struktur kebijakan lingkungan dalam sistem federasi, implementasi di masing-masing negara, dampak, tantangan, dan prospek masa depan, bertujuan memberikan wawasan komprehensif bagi pembaca, peneliti, dan pembuat kebijakan.
Konteks Sistem Federasi dan Lingkungan Hidup

Dalam sistem federasi, konstitusi biasanya membagi wewenang antara pemerintah pusat dan subnasional. Menurut Encyclopaedia Britannica, pemerintah pusat sering bertanggung jawab atas kebijakan nasional, seperti perdagangan dan pertahanan, sementara negara bagian atau provinsi memiliki otonomi dalam isu lokal, seperti pendidikan dan pengelolaan sumber daya alam. Lingkungan hidup sering menjadi domain bersama (concurrent power), di mana pemerintah pusat menetapkan standar minimum, dan entitas subnasional dapat menerapkan aturan lebih ketat. Namun, ini juga menciptakan risiko inkonsistensi, konflik yurisdiksi, dan perbedaan prioritas.
Isu lingkungan hidup, seperti emisi karbon, pengelolaan air, dan konservasi biodiversitas, bersifat transnasional, memerlukan koordinasi tidak hanya antar tingkat pemerintahan, tetapi juga dengan komunitas internasional. Negara-negara federasi menghadapi tantangan unik:
- Desentralisasi: Negara bagian memiliki kebebasan untuk merancang kebijakan, yang dapat mendorong inovasi tetapi juga menyebabkan standar lingkungan yang tidak seragam.
- Koordinasi: Pemerintah pusat harus menyelaraskan kepentingan regional yang sering bertentangan, seperti antara industri dan konservasi.
- Partisipasi Publik: Sistem federal memungkinkan keterlibatan masyarakat yang lebih besar, tetapi juga memicu lobby dari sektor industri.
Negara-Negara Federasi dan Kebijakan Lingkungan Hidup

Berikut adalah analisis kebijakan lingkungan hidup di lima negara federasi: Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, dan Rusia. Setiap negara menunjukkan pendekatan yang dipengaruhi oleh struktur federasi, ekonomi, dan tekanan global.
1. Amerika Serikat: Dinamika Federal vs. Negara Bagian
Konteks: Amerika Serikat, dengan 50 negara bagian dan teritori, memiliki sistem federasi yang memberikan otonomi signifikan kepada negara bagian dalam pengelolaan lingkungan. Badan Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency, EPA) menetapkan standar nasional berdasarkan undang-undang seperti Clean Air Act (1970) dan Clean Water Act (1972), tetapi negara bagian bertanggung jawab atas implementasi dan dapat menetapkan aturan lebih ketat.
Kebijakan Lingkungan:
- Federal: EPA mengatur emisi karbon, limbah berbahaya, dan kualitas air. Pada 2021, Presiden Joe Biden menargetkan pengurangan emisi karbon 50–52% pada 2030 dari level 2005, sesuai Paris Agreement. Inflation Reduction Act (2022) mengalokasikan $370 miliar untuk energi terbarukan dan teknologi hijau.
- Negara Bagian: California memimpin dengan kebijakan progresif, seperti Low Carbon Fuel Standard dan target 100% energi terbarukan pada 2045. Sebaliknya, negara bagian seperti Texas dan Wyoming, yang bergantung pada minyak dan batubara, cenderung menentang regulasi ketat.
- Inovasi Regional: Negara bagian timur laut, seperti New York, berpartisipasi dalam Regional Greenhouse Gas Initiative (RGGI), pasar karbon regional pertama di AS.
Dampak:
- Positif: Investasi energi terbarukan meningkat, dengan kapasitas surya dan angin menyumbang 15% listrik AS pada 2023 (EIA). California mengurangi emisi karbon 13% sejak 2004.
- Negatif: AS tetap penyumbang emisi karbon terbesar kedua dunia (14% emisi global pada 2023). Ketidakseragaman kebijakan menyebabkan polusi tinggi di negara bagian industri. Fracking (hydraulic fracturing) di Texas dan Pennsylvania mencemari air tanah.
Tantangan: Polarisasi politik menghambat kebijakan federal yang konsisten. Administrasi Donald Trump (2017–2021) mencabut 100 regulasi lingkungan, termasuk keluar dari Paris Agreement. Negara bagian konservatif sering menentang EPA di pengadilan, memperlambat implementasi.
2. Kanada: Kolaborasi Federal-Provinsi
Konteks: Kanada, dengan 10 provinsi dan 3 teritori, memiliki sistem federasi di mana lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah federal, melalui Environment and Climate Change Canada (ECCC), menetapkan target nasional, sementara provinsi mengelola sumber daya alam seperti hutan dan mineral.
Kebijakan Lingkungan:
- Federal: Pan-Canadian Framework on Clean Growth and Climate Change (2016) menargetkan pengurangan emisi 40–45% pada 2030 dari level 2005. Pajak karbon nasional ($65 per ton pada 2023) mendorong transisi energi hijau.
- Provinsi: British Columbia memiliki pajak karbon sejak 2008, mengurangi emisi 5–15% tanpa menghambat ekonomi. Alberta, pusat industri minyak, menerapkan Technology Innovation and Emissions Reduction untuk mengurangi emisi sektor energi.
- Konservasi: Kanada melindungi 13% daratan dan 14% perairan melalui taman nasional dan kawasan lindung, dengan target 30% pada 2030 (Canada’s Biodiversity Strategy).
Dampak:
- Positif: Emisi karbon turun 8% sejak 2005. Kanada adalah pemimpin dalam energi hidroelektrik (60% listrik pada 2023). Konservasi melindungi spesies seperti beruang kutub dan karibu.
- Negatif: Ekstraksi minyak pasir (oil sands) di Alberta menyumbang 11% emisi nasional dan mencemari sungai. Deforestasi di British Columbia meningkat akibat kebakaran hutan dan penebangan.
Tantangan: Konflik antara provinsi kaya minyak (Alberta, Saskatchewan) dan pemerintah federal menghambat kebijakan karbon. Perubahan iklim meningkatkan frekuensi kebakaran hutan, dengan 18 juta hektar hutan terbakar pada 2023 (Reuters).
3. Jerman: Federasi Hijau di Eropa
Konteks: Jerman, dengan 16 negara bagian (Länder), adalah federasi dengan tradisi lingkungan kuat. Bundesumweltministerium (Kementerian Lingkungan Federal) menetapkan kebijakan nasional, tetapi Länder memiliki otonomi dalam implementasi, seperti pengelolaan limbah dan air.
Kebijakan Lingkungan:
- Federal: Energiewende (transisi energi) menargetkan 80% energi terbarukan pada 2050 dan netralitas karbon pada 2045. UU Perlindungan Iklim (2019) mengikat sektor industri dan transportasi untuk mengurangi emisi.
- Länder: Bavaria dan Baden-Württemberg memimpin dalam energi surya dan angin. Hamburg fokus pada transportasi hijau, dengan 50% bus listrik pada 2023.
- Konservasi: Jerman melindungi 38% daratan sebagai kawasan lindung, termasuk Hutan Hitam (Schwarzwald). Biodiversity Strategy 2030 melindungi spesies seperti lynx dan elang laut.
Dampak:
- Positif: Jerman mengurangi emisi karbon 40% sejak 1990. Energi terbarukan menyumbang 46% listrik pada 2023 (Fraunhofer Institute). Kualitas udara di kota-kota besar membaik.
- Negatif: Penghentian energi nuklir pada 2023 meningkatkan ketergantungan sementara pada batubara. Industri otomotif (Volkswagen, BMW) lambat beralih ke kendaraan listrik.
Tantangan: Koordinasi antara Länder dan federal kadang terhambat oleh perbedaan prioritas. Tekanan dari lobi batubara dan otomotif memperlambat transisi energi. Krisis energi akibat konflik Rusia-Ukraina meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil sementara.
4. Australia: Tantangan Iklim di Negara Federasi
Konteks: Australia, dengan 6 negara bagian dan 2 teritori, menghadapi tantangan lingkungan unik karena iklim kering, keanekaragaman hayati tinggi, dan ketergantungan pada ekspor batubara. Pemerintah federal mengatur kebijakan iklim, sementara negara bagian mengelola lahan dan air.
Kebijakan Lingkungan:
- Federal: Climate Change Act (2022) menargetkan pengurangan emisi 43% pada 2030 dari level 2005 dan netralitas karbon pada 2050. Safeguard Mechanism mengatur emisi industri besar.
- Negara Bagian: New South Wales dan Victoria memimpin dalam energi surya dan angin. Queensland melindungi Great Barrier Reef melalui Reef 2050 Plan, meskipun terumbu karang terus rusak akibat pemanasan global.
- Konservasi: Australia melindungi 20% daratan sebagai taman nasional, seperti Kakadu. Biodiversity Conservation Strategy melindungi spesies seperti koala dan kanguru.
Dampak:
- Positif: Kapasitas energi terbarukan meningkat 20% sejak 2018. Emisi per kapita turun dari 25 ton pada 2005 menjadi 15 ton pada 2023 (Australian Government).
- Negatif: Australia adalah eksportir batubara terbesar dunia, menyumbang 5% emisi global melalui ekspor. Kebakaran hutan 2019–2020 menghancurkan 19 juta hektar dan membunuh 3 miliar hewan (WWF).
Tantangan: Ketergantungan ekonomi pada batubara dan gas alam memicu konflik dengan target iklim. Great Barrier Reef kehilangan 50% karang sejak 1990 akibat pemutihan (UNESCO). Komunitas Aborigin sering tidak dilibatkan dalam kebijakan lingkungan.
5. Rusia: Federasi dengan Fokus Sumber Daya
Konteks: Rusia, dengan 85 subjek federal (termasuk republik, krai, dan oblast), adalah federasi terbesar dunia berdasarkan wilayah. Ekonomi bergantung pada minyak, gas, dan mineral, yang memengaruhi kebijakan lingkungan.
Kebijakan Lingkungan:
- Federal: Environmental Protection Law (2002) mengatur polusi dan konservasi, tetapi penegakan lemah. Rusia menargetkan netralitas karbon pada 2060, tetapi tetap bergantung pada bahan bakar fosil (60% ekspor pada 2023).
- Subjek Federal: Siberia dan Timur Jauh memiliki kawasan lindung seperti Danau Baikal, tetapi pertambangan dan penebangan sering mengabaikan regulasi. Moskwa menerapkan program daur ulang, tetapi hanya 10% limbah didaur ulang.
- Konservasi: Rusia melindungi 11% daratan sebagai zapovednik (kawasan lindung ketat), melindungi spesies seperti harimau Siberia.
Dampak:
- Positif: Rusia memiliki hutan terbesar dunia, menyerap 500 juta ton karbon per tahun (FAO). Konservasi di Arktik melindungi beruang kutub.
- Negatif: Rusia menyumbang 5% emisi global, dengan polusi tinggi dari industri minyak dan gas. Kebocoran metana di Siberia memperburuk pemanasan global. Pencairan permafrost melepaskan karbon dan metana.
Tantangan: Prioritas ekonomi atas sumber daya alam menghambat kebijakan hijau. Korupsi dan penegakan hukum lemah memungkinkan pelanggaran lingkungan. Sanksi internasional akibat konflik Ukraina membatasi akses ke teknologi hijau.
Analisis Komparatif: Pendekatan dan Struktur Federasi

Hubungan Sistem Federasi dengan Kebijakan Lingkungan
Sistem federasi memengaruhi kebijakan lingkungan melalui:
- Desentralisasi: Negara bagian seperti California (AS) dan Bavaria (Jerman) dapat mengadopsi kebijakan lebih progresif daripada standar nasional, mendorong inovasi.
- Konflik Yurisdiksi: Di AS dan Kanada, negara bagian penghasil bahan bakar fosil menentang regulasi federal, memperlambat kemajuan.
- Fleksibilitas Regional: Australia dan Rusia memungkinkan adaptasi kebijakan sesuai kondisi lokal, seperti perlindungan terumbu karang atau hutan Siberia.
- Koordinasi Nasional: Jerman menunjukkan koordinasi efektif antara Länder dan federal, sementara Rusia menghadapi tantangan akibat birokrasi.
Kekuatan dan Kelemahan
- Kekuatan: Otonomi regional memungkinkan eksperimen kebijakan, seperti pajak karbon British Columbia atau energi surya California. Partisipasi masyarakat lebih besar melalui pemerintahan lokal.
- Kelemahan: Inkonsistensi kebijakan antar wilayah menghambat target nasional. Lobi industri di negara bagian penghasil bahan bakar fosil (Texas, Alberta, Queensland) memperlambat transisi hijau. Koordinasi lintas yurisdiksi sering rumit.
Dampak Global dan Kontribusi terhadap Krisis Iklim
Negara-negara federasi ini memiliki jejak karbon signifikan:
- AS: Penyumbang emisi terbesar kedua, tetapi investasi energi terbarukan meningkatkan pengaruh global.
- Kanada: Emisi rendah per capita, tetapi minyak pasir meningkatkan jejak karbon.
- Jerman: Pemimpin Eropa dalam transisi energi, memengaruhi kebijakan UE.
- Australia: Eksportir batubara terbesar, tetapi progresif dalam energi terbarukan.
- Rusia: Penyumbang emisi besar, dengan dampak signifikan dari pencairan permafrost.
Secara kolektif, negara-negara ini memainkan peran kunci dalam Paris Agreement, dengan AS, Kanada, dan Jerman menetapkan target ambisius. Namun, Rusia dan Australia tertinggal karena ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Tantangan
- Konflik Politik: Polarisasi di AS dan Kanada menghambat kebijakan iklim nasional.
- Ketergantungan Bahan Bakar Fosil: Rusia, Australia, dan beberapa negara bagian AS bergantung pada minyak, gas, dan batubara.
- Perubahan Iklim: Kebakaran hutan (Kanada, Australia), banjir (Jerman), dan pencairan permafrost (Rusia) meningkatkan kerugian lingkungan.
- Keadilan Lingkungan: Komunitas adat di Kanada, Australia, dan Rusia sering terpinggirkan dalam pengambilan keputusan.
- Koordinasi Global: Negara federasi harus menyelaraskan kebijakan regional dengan komitmen internasional.
Prospek
- Inovasi Regional: Negara bagian seperti California dan Bavaria dapat menjadi model untuk kebijakan hijau global.
- Teknologi Hijau: Investasi dalam AI, penyimpanan energi, dan karbon capture dapat mempercepat transisi.
- Keterlibatan Masyarakat: Sistem federasi memungkinkan gerakan akar rumput, seperti di Jerman dan Kanada.
- Kerjasama Internasional: Partisipasi dalam COP dan aliansi iklim dapat memperkuat komitmen.
Kesimpulan
Negara-negara federasi menawarkan pendekatan beragam terhadap kebijakan lingkungan hidup, dipengaruhi oleh desentralisasi dan dinamika politik. Amerika Serikat menunjukkan inovasi di tingkat negara bagian, tetapi terhambat polarisasi. Kanada menyeimbangkan kolaborasi federal-provinsi, meskipun bergulat dengan minyak pasir. Jerman memimpin dengan Energiewende, sementara Australia menghadapi tantangan dari ekspor batubara. Rusia berjuang dengan prioritas sumber daya dan penegakan hukum yang lemah. Sistem federasi memberikan fleksibilitas untuk inovasi regional, tetapi memerlukan koordinasi kuat untuk mencapai target iklim global.
Untuk masa depan, negara-negara ini perlu memperkuat penegakan hukum, melibatkan komunitas lokal, dan berinvestasi dalam teknologi hijau. Dengan perubahan iklim yang semakin mendesak, peran negara federasi dalam pelestarian lingkungan akan menentukan keberlanjutan global. Pembaca dianjurkan untuk mempelajari lebih lanjut melalui UNEP (www.unep.org), World Bank (www.worldbank.org), atau jurnal seperti Environmental Research Letters.
Sumber
- Encyclopaedia Britannica: Federalism, 2023
- United Nations Environment Programme: Global Environment Outlook 2022
- World Bank: Climate Change Knowledge Portal, 2023
BACA JUGA : Politik dan Analisis Ekonomi Republik Ceko
BACA JUGA : Panduan Lengkap Travelling ke Republik Ceko untuk Wisatawan Indonesia
BACA JUGA: Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Republik Ceko: Analisis Mendalam