mitsuyokitamura.com, 21 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Federalisme multinasional adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan prinsip federalisme—pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan unit-unit subnasional—dengan pengakuan terhadap keragaman nasional, etnis, bahasa, atau budaya dalam satu negara. Sistem ini dirancang untuk menjaga stabilitas politik dan integrasi nasional di negara-negara yang memiliki populasi heterogen, seperti Kanada, Belgia, dan India. Artikel ini menyajikan panduan lengkap tentang federalisme multinasional, meliputi definisi, latar belakang historis, karakteristik, contoh implementasi, keunggulan, tantangan, dan prospek masa depan, berdasarkan sumber terpercaya seperti Encyclopaedia Britannica, Journal of Political Science, European Journal of Political Research, id.wikipedia.org, eprints.undip.ac.id, dan lainnya hingga Mei 2025.
1. Definisi dan Konsep Federalisme Multinasional

1.1. Pengertian
- Federalisme: Sistem pemerintahan di mana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat dan unit-unit subnasional (negara bagian, provinsi, atau wilayah) yang memiliki otonomi tertentu (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Federalisme Multinasional: Varian federalisme yang secara eksplisit mengakomodasi keragaman nasional, etnis, bahasa, atau budaya dengan memberikan otonomi signifikan kepada kelompok-kelompok ini, sering kali melalui unit federal yang berbasis identitas (Journal of Political Science, 2023).
- Tujuan: Menjaga kesatuan negara sambil menghormati hak kelompok minoritas untuk mempertahankan identitas budaya, bahasa, atau hukum mereka (European Journal of Political Research, 2022).
1.2. Landasan Teoretis

- Pluralisme Politik: Federalisme multinasional berakar pada gagasan bahwa negara harus mengakui dan merangkul pluralitas identitas untuk mencegah konflik etnis atau separatisme (id.wikipedia.org, 2024).
- Teori Konsosiasional: Menurut Arend Lijphart, federalisme multinasional sering dikombinasikan dengan konsosiasionalisme, yaitu pembagian kekuasaan antar kelompok etnis melalui otonomi, representasi proporsional, dan veto bersama (Journal of Political Science, 2023).
- Kontrak Sosial: Sistem ini mencerminkan kesepakatan antar kelompok nasional untuk hidup bersama dalam satu negara dengan aturan yang menghormati perbedaan (European Journal of Political Research, 2022).
1.3. Perbedaan dengan Federalisme Lain

- Federalisme Teritorial: Berfokus pada pembagian geografis tanpa mempertimbangkan identitas etnis, seperti di Amerika Serikat (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Federalisme Simetris vs. Asimetris: Federalisme multinasional sering asimetris, di mana beberapa unit federal (misalnya, Quebec di Kanada) memiliki otonomi lebih besar karena identitas budaya mereka (Journal of Political Science, 2023).
2. Latar Belakang Historis

2.1. Asal-Usul
- Abad ke-19: Federalisme multinasional muncul sebagai respons terhadap keragaman etnis di kekaisaran besar, seperti Kekaisaran Habsburg dan Kekaisaran Ottoman, yang mencoba mengelola pluralitas melalui struktur federal (History of Political Thought, 2023).
- Kanada (1867): British North America Act menciptakan federasi Kanada, memberikan otonomi kepada Quebec untuk melindungi budaya Prancis-Kanada (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- India (1947): Setelah kemerdekaan, India mengadopsi federalisme untuk mengakomodasi keragaman bahasa dan budaya, dengan negara bagian berdasarkan batas linguistik (Journal of Political Science, 2023).
2.2. Perkembangan Abad ke-20
- Pasca-Perang Dunia II: Dekolonisasi dan konflik etnis mendorong adopsi federalisme multinasional di negara-negara seperti Nigeria dan Malaysia untuk menjaga stabilitas (European Journal of Political Research, 2022).
- Eropa: Belgia bertransformasi menjadi federasi multinasional pada 1993 untuk mengakomodasi komunitas Flemish, Walloon, dan Jerman (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Yugoslavia dan Uni Soviet: Kegagalan federalisme multinasional di Yugoslavia (runtuh 1991) dan Uni Soviet (runtuh 1991) menunjukkan tantangan dalam mengelola keragaman tanpa kohesi nasional (History of Political Thought, 2023).
2.3. Konteks Kontemporer
- Abad ke-21: Federalisme multinasional tetap relevan di negara-negara dengan ketegangan etnis, seperti Irak (dengan otonomi Kurdistan) dan Ethiopia (federasi berbasis etnis) (Journal of Political Science, 2023).
- Globalisasi: Tekanan globalisasi dan migrasi meningkatkan kebutuhan akan model pemerintahan yang fleksibel untuk mengelola keragaman (European Journal of Political Research, 2022).
3. Karakteristik Federalisme Multinasional

Federalisme multinasional memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari model federalisme lain:
3.1. Unit Federal Berbasis Identitas
- Unit federal (provinsi, negara bagian) sering dibentuk berdasarkan batas etnis, bahasa, atau budaya, seperti Quebec di Kanada atau Tamil Nadu di India (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Contoh: Di Belgia, tiga wilayah (Flanders, Wallonia, Brussels) dan tiga komunitas budaya (Flemish, Prancis, Jerman) memiliki otonomi berbeda (Journal of Political Science, 2023).
3.2. Otonomi Asimetris
- Beberapa unit federal memiliki hak istimewa yang lebih besar, seperti Quebec yang memiliki kendali atas pendidikan dan bahasa Prancis (European Journal of Political Research, 2022).
- Keunggulan: Mengakomodasi kebutuhan kelompok minoritas tanpa memaksakan keseragaman (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Kelemahan: Dapat memicu ketegangan dengan unit lain yang merasa kurang diistimewakan (Journal of Political Science, 2023).
3.3. Pembagian Kekuasaan yang Jelas
- Pemerintah pusat mengelola urusan nasional (misalnya, pertahanan, hubungan luar negeri), sedangkan unit federal mengelola urusan lokal seperti pendidikan, budaya, dan hukum adat (id.wikipedia.org, 2024).
- Contoh: Di India, negara bagian memiliki hak untuk menetapkan bahasa resmi lokal (Encyclopaedia Britannica, 2024).
3.4. Representasi Multinasional
- Sistem legislatif sering memberikan representasi proporsional kepada kelompok nasional, seperti di parlemen Belgia yang mencerminkan komunitas Flemish dan Walloon (European Journal of Political Research, 2022).
- Mekanisme seperti veto kelompok dapat digunakan untuk melindungi minoritas (Journal of Political Science, 2023).
3.5. Perlindungan Identitas Budaya
- Federalisme multinasional memungkinkan kelompok minoritas untuk mempertahankan bahasa, agama, atau tradisi mereka melalui otonomi budaya (id.wikipedia.org, 2024).
- Contoh: Di Spanyol, Catalonia dan Basque memiliki otonomi atas bahasa dan pendidikan (Encyclopaedia Britannica, 2024).
4. Contoh Implementasi Federalisme Multinasional

4.1. Kanada
- Konteks: Kanada adalah federasi yang mengakomodasi dua kelompok nasional utama: Inggris-Kanada dan Prancis-Kanada (Quebec) (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Struktur: 10 provinsi dan 3 teritori, dengan Quebec memiliki otonomi asimetris dalam pendidikan, bahasa, dan hukum sipil (Journal of Political Science, 2023).
- Keberhasilan: Menjaga stabilitas meskipun ada gerakan separatis Quebec pada 1980-an dan 1990-an (European Journal of Political Research, 2022).
- Tantangan: Ketegangan antara Quebec dan provinsi lain, serta tuntutan otonomi dari masyarakat adat (Encyclopaedia Britannica, 2024).
4.2. Belgia
- Konteks: Belgia terdiri dari komunitas Flemish (berbahasa Belanda), Walloon (berbahasa Prancis), dan minoritas Jerman (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Struktur: Federasi sejak 1993, dengan tiga wilayah (Flanders, Wallonia, Brussels) dan tiga komunitas budaya yang memiliki otonomi atas pendidikan, budaya, dan kesejahteraan (Journal of Political Science, 2023).
- Keberhasilan: Mencegah konflik etnis melalui otonomi asimetris (European Journal of Political Research, 2022).
- Tantangan: Pemerintahan sering terhambat oleh perbedaan politik antara Flemish dan Walloon (Encyclopaedia Britannica, 2024).
4.3. India
- Konteks: India memiliki lebih dari 2.000 kelompok etnis dan 22 bahasa resmi (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Struktur: 28 negara bagian dan 8 wilayah persatuan, banyak di antaranya dibentuk berdasarkan batas linguistik (Journal of Political Science, 2023).
- Keberhasilan: Mengelola keragaman besar tanpa disintegrasi nasional (European Journal of Political Research, 2022).
- Tantangan: Konflik etnis di wilayah seperti Kashmir dan gerakan separatis di beberapa negara bagian (Encyclopaedia Britannica, 2024).
4.4. Ethiopia
- Konteks: Ethiopia mengadopsi federalisme etnis pada 1995 untuk mengakomodasi kelompok seperti Oromo, Amhara, dan Tigray (Journal of Political Science, 2023).
- Struktur: 10 wilayah berbasis etnis dengan otonomi atas bahasa dan budaya (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Keberhasilan: Memberikan suara kepada kelompok minoritas (European Journal of Political Research, 2022).
- Tantangan: Konflik antar etnis, seperti perang Tigray (2020–2022), menunjukkan risiko fragmentasi (Journal of Political Science, 2023).
5. Keunggulan Federalisme Multinasional

5.1. Akomodasi Keragaman
- Memberikan ruang bagi kelompok minoritas untuk mempertahankan identitas mereka, mengurangi risiko konflik etnis (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Bahasa Tamil resmi di Tamil Nadu, India, tanpa mengancam kesatuan nasional (Encyclopaedia Britannica, 2024).
5.2. Stabilitas Politik
- Dengan memberikan otonomi, federalisme multinasional mengurangi tuntutan separatis (Journal of Political Science, 2023).
- Contoh: Otonomi Quebec telah menjaga Kanada tetap bersatu meskipun ada gerakan kemerdekaan (Encyclopaedia Britannica, 2024).
5.3. Fleksibilitas
- Sistem asimetris memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan spesifik setiap kelompok nasional (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Spanyol memberikan otonomi lebih besar kepada Catalonia dibandingkan wilayah lain (Encyclopaedia Britannica, 2024).
5.4. Partisipasi Demokratis
- Memberikan kelompok minoritas suara dalam pemerintahan lokal, meningkatkan legitimasi demokrasi (Journal of Political Science, 2023).
- Contoh: Parlemen Belgia mencerminkan representasi Flemish dan Walloon (European Journal of Political Research, 2022).
6. Tantangan Federalisme Multinasional
6.1. Risiko Fragmentasi
- Otonomi besar dapat memperkuat identitas regional, memicu gerakan separatis (Journal of Political Science, 2023).
- Contoh: Catalonia di Spanyol menggelar referendum kemerdekaan ilegal pada 2017 (Encyclopaedia Britannica, 2024).
6.2. Ketimpangan Antar Wilayah
- Unit federal yang kaya (misalnya, Flanders di Belgia) mungkin menolak berbagi sumber daya dengan wilayah yang lebih miskin (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Ketegangan ekonomi antara Flanders dan Wallonia (Encyclopaedia Britannica, 2024).
6.3. Kompleksitas Birokrasi
- Struktur asimetris dan tumpang tindih wewenang dapat menyebabkan inefisiensi dan konflik yurisdiksi (Journal of Political Science, 2023).
- Contoh: Belgia sering mengalami kebuntuan politik karena perbedaan kepentingan regional (Encyclopaedia Britannica, 2024).
6.4. Ketegangan dengan Identitas Nasional
- Penekanan pada identitas regional dapat melemahkan kohesi nasional (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Konflik di Ethiopia menunjukkan sulitnya membangun identitas nasional yang inklusif (Journal of Political Science, 2023).
7. Prospek Masa Depan
7.1. Adaptasi terhadap Globalisasi
- Globalisasi meningkatkan migrasi dan keragaman, mendorong negara-negara untuk mengadopsi federalisme multinasional (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Negara-negara seperti Australia mempertimbangkan otonomi budaya untuk komunitas adat (Journal of Political Science, 2023).
7.2. Teknologi dan Partisipasi
- Teknologi digital dapat memfasilitasi komunikasi antara pemerintah pusat dan unit federal, meningkatkan transparansi (European Journal of Political Research, 2022).
- Contoh: Platform e-governance di India membantu koordinasi antar negara bagian (Encyclopaedia Britannica, 2024).
7.3. Resolusi Konflik
- Federalisme multinasional dapat menjadi model untuk menyelesaikan konflik etnis di negara-negara seperti Myanmar atau Sudan (Journal of Political Science, 2023).
- Tantangan: Memerlukan komitmen politik yang kuat dan mediasi internasional (European Journal of Political Research, 2022).
7.4. Tantangan Lingkungan
- Federalisme multinasional dapat memungkinkan pengelolaan sumber daya lokal yang berkelanjutan oleh komunitas adat (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Contoh: Otonomi adat di Kanada mendukung perlindungan lingkungan di wilayah teritori (Journal of Political Science, 2023).
8. Keunggulan dan Tantangan
8.1. Keunggulan
- Akomodasi Keragaman: Menghormati identitas budaya dan bahasa (European Journal of Political Research, 2022).
- Stabilitas: Mengurangi risiko konflik etnis dan separatisme (Journal of Political Science, 2023).
- Demokrasi: Meningkatkan partisipasi kelompok minoritas (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Fleksibilitas: Struktur asimetris menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik (European Journal of Political Research, 2022).
8.2. Tantangan
- Fragmentasi: Risiko separatisme dan disintegrasi nasional (Journal of Political Science, 2023).
- Ketimpangan: Ketegangan ekonomi antar wilayah (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Birokrasi: Kompleksitas administrasi dan konflik yurisdiksi (European Journal of Political Research, 2022).
- Identitas Nasional: Sulit membangun kohesi nasional (Journal of Political Science, 2023).
9. Kesimpulan
Federalisme multinasional adalah sistem pemerintahan yang efektif untuk mengelola keragaman nasional, etnis, dan budaya dalam satu negara, dengan memberikan otonomi kepada kelompok-kelompok identitas melalui unit federal (Encyclopaedia Britannica, 2024). Karakteristiknya, seperti unit berbasis identitas, otonomi asimetris, dan perlindungan budaya, telah berhasil diterapkan di negara-negara seperti Kanada, Belgia, dan India, meskipun menghadapi tantangan seperti risiko separatisme dan inefisiensi birokrasi (Journal of Political Science, European Journal of Political Research, 2022–2023). Keunggulannya dalam meningkatkan stabilitas dan demokrasi diimbangi oleh tantangan fragmentasi dan kompleksitas (Encyclopaedia Britannica, 2024). Dengan globalisasi, teknologi, dan kebutuhan akan resolusi konflik, federalisme multinasional tetap relevan sebagai model untuk masa depan, terutama di negara-negara dengan keragaman tinggi (Journal of Political Science, 2023). Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi sumber seperti britannica.com, eprints.undip.ac.id, atau literatur akademik seperti Journal of Political Science dan European Journal of Political Research. Federalisme multinasional menawarkan jalan tengah antara kesatuan dan otonomi, menjadikannya solusi penting untuk dunia yang semakin plural.
BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Negara Palau: Petualangan di Surga Pasifik
BACA JUGA: Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Negara Palau: Keberlanjutan di Kepulauan Pasifik
BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya