mitsuyokitamura.com, 19 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Federalisme adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat dan unit-unit subnasional (seperti negara bagian, provinsi, atau wilayah) melalui konstitusi, memungkinkan keduanya memiliki otonomi dalam bidang tertentu (Encyclopaedia Britannica, 2024). Sebagai salah satu model tata kelola, federalisme dirancang untuk mengakomodasi keragaman, mendorong stabilitas politik, dan menyeimbangkan kekuasaan. Dalam praktiknya, federalisme dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: federalisme simetris dan federalisme asimetris, yang masing-masing memiliki karakteristik, tujuan, dan implikasi berbeda (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023). Artikel ini mengulas secara mendalam konsep federalisme, perbedaan antara federalisme simetris dan asimetris, konteks historis, contoh penerapan di berbagai negara, kelebihan, kekurangan, serta relevansinya hingga Mei 2025.
Pengertian Federalisme
1. Definisi Federalisme

Federalisme adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan elemen sentralisasi dan desentralisasi, di mana pemerintah pusat dan unit subnasional memiliki kewenangan yang jelas sebagaimana diatur dalam konstitusi (Journal of Federalism, 2024). Berbeda dengan sistem unitaris (di mana kekuasaan terkonsentrasi di pusat) atau konfederasi (di mana unit subnasional memiliki dominasi), federalisme menciptakan keseimbangan di mana kedua tingkat pemerintahan memiliki kedaulatan dalam yurisdiksi masing-masing (web:5).
- Ciri Utama:
- Pembagian kekuasaan yang diatur konstitusi.
- Otonomi unit subnasional dalam urusan seperti pendidikan, kesehatan, atau pajak lokal.
- Pemerintah pusat mengelola urusan nasional seperti pertahanan, hubungan luar negeri, dan kebijakan moneter (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Tujuan: Mengelola keragaman budaya, etnis, atau geografis; mencegah konsentrasi kekuasaan; dan meningkatkan efisiensi tata kelola (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023).
2. Konteks Historis

Federalisme muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk menyatukan wilayah yang beragam tanpa menghilangkan identitas lokal (web:7). Beberapa tonggak sejarah meliputi:
- Amerika Serikat (1789): Konstitusi AS menjadi model federalisme modern, menyeimbangkan kekuasaan antara pemerintah federal dan negara bagian (web:5).
- Swiss (1848): Federalisme Swiss mengakomodasi keragaman linguistik dan budaya antara kanton berbahasa Jerman, Prancis, dan Italia (Journal of Federalism, 2024).
- Abad ke-20: Federalisme diadopsi oleh negara-negara pasca-kolonial seperti India dan Nigeria untuk mengelola keragaman etnis dan agama (World Politics Review, 2025).
3. Jenis Federalisme
Federalisme dapat diklasifikasikan berdasarkan distribusi kekuasaan antara unit subnasional:
- Federalisme Simetris: Semua unit subnasional memiliki hak dan kewenangan yang sama.
- Federalisme Asimetris: Unit subnasional memiliki hak dan otonomi yang berbeda, biasanya untuk mengakomodasi keragaman budaya, etnis, atau historis (The Conversation, 2024).
Federalisme Simetris

1. Definisi dan Karakteristik
Federalisme simetris adalah sistem di mana semua unit subnasional (negara bagian, provinsi, atau wilayah) memiliki hak, kewenangan, dan status yang setara dalam konstitusi (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023). Tujuannya adalah memastikan kesetaraan dan keseragaman dalam hubungan antara pemerintah pusat dan unit subnasional.
- Ciri Utama:
- Kekuasaan dan tanggung jawab yang sama untuk semua unit subnasional.
- Representasi yang setara di badan legislatif nasional (misalnya, jumlah senator yang sama per negara bagian).
- Kebijakan yang seragam dalam hal otonomi fiskal, legislatif, dan administratif (web:8).
- Filosofi: Mempromosikan kesetaraan, mencegah diskriminasi antarwilayah, dan memperkuat persatuan nasional (Journal of Federalism, 2024).
2. Contoh Negara

- Amerika Serikat: Setiap negara bagian (misalnya, California, Texas, atau Vermont) memiliki hak yang sama di bawah Konstitusi AS, termasuk dua senator di Senat dan otonomi dalam urusan seperti pendidikan dan hukum pidana (web:5). Pengecualian kecil terjadi pada District of Columbia, yang tidak memiliki status negara bagian penuh (Encyclopaedia Britannica, 2024).
- Australia: Enam negara bagian (New South Wales, Victoria, dll.) dan dua teritori utama memiliki otonomi yang seragam, dengan representasi setara di Senat (World Politics Review, 2025).
- Jerman: 16 negara bagian (Länder) memiliki hak yang sama dalam hal legislasi dan fiskal, meskipun ada variasi ekonomi (misalnya, Bavaria vs. Mecklenburg-Vorpommern) (Journal of Federalism, 2024).
3. Kelebihan
- Kesetaraan: Mengurangi potensi konflik antarwilayah karena semua unit subnasional diperlakukan sama (web:8).
- Persatuan Nasional: Memperkuat identitas nasional dengan menghindari perlakuan istimewa terhadap wilayah tertentu (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023).
- Efisiensi Administratif: Kebijakan yang seragam memudahkan koordinasi antara pemerintah pusat dan subnasional (The Conversation, 2024).
4. Kekurangan
- Kurang Fleksibel: Tidak dapat mengakomodasi keragaman budaya, etnis, atau historis yang signifikan (web:7). Contoh: Di AS, kebijakan seragam kadang-kadang tidak memenuhi kebutuhan unik suku asli (World Politics Review, 2025).
- Ketimpangan Ekonomi: Wilayah yang lebih miskin mungkin kesulitan bersaing dengan wilayah yang lebih kaya dalam sistem yang menekankan kesetaraan formal (Journal of Federalism, 2024).
- Resistensi Lokal: Wilayah dengan identitas kuat mungkin merasa otonominya dibatasi oleh pendekatan “satu ukuran untuk semua” (web:8).
Federalisme Asimetris
1. Definisi dan Karakteristik
Federalisme asimetris adalah sistem di mana unit subnasional memiliki hak, kewenangan, atau otonomi yang berbeda, biasanya untuk mengakomodasi keragaman budaya, bahasa, agama, etnis, atau status historis (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023). Perbedaan ini bisa berupa otonomi legislatif, fiskal, atau budaya yang lebih besar untuk wilayah tertentu.
- Ciri Utama:
- Otonomi yang bervariasi antarunit subnasional (misalnya, hak istimewa untuk wilayah dengan minoritas etnis).
- Pengakuan konstitusional terhadap identitas atau status khusus wilayah tertentu.
- Fleksibilitas dalam pembagian kekuasaan untuk mencegah konflik atau separatisme (web:7).
- Filosofi: Mengakui dan menghormati keragaman sambil mempertahankan kohesi nasional (The Conversation, 2024).
2. Contoh Negara
- Kanada: Provinsi Quebec memiliki otonomi lebih besar dalam hal bahasa (Prancis sebagai bahasa resmi), pendidikan, dan hukum sipil karena warisan budaya Prancis-Kanada. Quebec juga memiliki hak untuk mengelola imigrasi, tidak seperti provinsi lain (Journal of Federalism, 2024). Wilayah seperti Nunavut memiliki otonomi khusus untuk mengakomodasi masyarakat adat Inuit (World Politics Review, 2025).
- India: Negara bagian seperti Jammu dan Kashmir (sebelum 2019) memiliki otonomi khusus di bawah Pasal 370, memungkinkan konstitusi dan hukum sendiri. Negara bagian lain, seperti Nagaland, memiliki pengaturan khusus untuk menghormati tradisi adat (web:5). Sikkim dan wilayah seperti Delhi memiliki status berbeda dari negara bagian lain (The Conversation, 2024).
- Spanyol: Wilayah seperti Catalonia dan Basque memiliki otonomi lebih besar dalam bahasa, pendidikan, dan fiskal dibandingkan wilayah lain, mencerminkan identitas budaya dan sejarah mereka (web:8). Namun, ini juga memicu ketegangan separatisme (World Politics Review, 2025).
- Malaysia: Negara bagian Sabah dan Sarawak memiliki otonomi tambahan dalam imigrasi, hukum adat, dan sumber daya alam berdasarkan Perjanjian Malaysia 1963, tidak seperti negara bagian di Semenanjung Malaysia (Journal of Federalism, 2024).
3. Kelebihan
- Akomodasi Keragaman: Mengelola keragaman budaya, etnis, atau linguistik, mengurangi risiko konflik atau separatisme (web:7). Contoh: Otonomi Quebec membantu menjaga persatuan Kanada (The Conversation, 2024).
- Fleksibilitas: Memungkinkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tertentu (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023).
- Perlindungan Minoritas: Memberikan hak istimewa kepada kelompok minoritas untuk melestarikan identitas mereka (Journal of Federalism, 2024).
4. Kekurangan
- Ketimpangan: Wilayah dengan otonomi lebih besar dapat memicu kecemburuan atau ketegangan dengan wilayah lain (web:8). Contoh: Di Spanyol, otonomi Catalonia memicu protes dari wilayah lain (World Politics Review, 2025).
- Risiko Separatisme: Otonomi yang luas dapat mendorong gerakan separatisme, seperti di Catalonia atau Quebec (The Conversation, 2024).
- Kompleksitas Administratif: Perbedaan aturan antarwilayah menyulitkan koordinasi nasional dan dapat meningkatkan birokrasi (Journal of Federalism, 2024).
Perbandingan Federalisme Simetris dan Asimetris
Aspek | Federalisme Simetris | Federalisme Asimetris |
---|---|---|
Distribusi Kekuasaan | Sama untuk semua unit subnasional | Berbeda, beberapa wilayah memiliki otonomi lebih |
Tujuan Utama | Kesetaraan dan persatuan nasional | Akomodasi keragaman dan perlindungan minoritas |
Contoh Negara | AS, Australia, Jerman | Kanada, India, Spanyol, Malaysia |
Kelebihan | Kesetaraan, efisiensi, kohesi nasional | Fleksibilitas, akomodasi keragaman, stabilitas |
Kekurangan | Kurang fleksibel, mengabaikan kebutuhan unik | Ketimpangan, risiko separatisme, kompleksitas |
Risiko | Ketimpangan ekonomi antarwilayah | Kecemburuan antarwilayah, fragmentasi nasional |
Konteks Historis dan Evolusi
1. Federalisme Simetris
- Asal-Usul: Federalisme simetris dikembangkan di negara-negara dengan keragaman geografis tetapi relatif homogen secara budaya, seperti AS dan Australia (web:5). Model ini dipengaruhi oleh gagasan Enlightenment tentang kesetaraan dan kontrak sosial (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023).
- Evolusi: Di AS, federalisme simetris menghadapi tantangan selama Perang Saudara (1861–1865) karena isu perbudakan, tetapi Konstitusi tetap mempertahankan kesetaraan negara bagian (Encyclopaedia Britannica, 2024). Di Jerman, reunifikasi 1990 memperkuat model simetris meskipun ada perbedaan ekonomi antara Jerman Barat dan Timur (Journal of Federalism, 2024).
2. Federalisme Asimetris
- Asal-Usul: Federalisme asimetris muncul di negara-negara dengan keragaman budaya, etnis, atau historis yang signifikan, seperti Kanada dan India (web:7). Ini sering digunakan untuk mencegah konflik atau mempertahankan persatuan setelah penjajahan (World Politics Review, 2025).
- Evolusi: Di Kanada, federalisme asimetris berkembang melalui negosiasi dengan Quebec, terutama setelah referendum kemerdekaan 1995 (The Conversation, 2024). Di India, pencabutan Pasal 370 pada 2019 mengurangi otonomi Jammu dan Kashmir, memicu debat tentang efektivitas asimetri (web:8). Postingan X dari @GlobalGov (2025) mencatat bahwa asimetri sering menjadi “katup pengaman” untuk keragaman, tetapi juga “bom waktu” jika tidak dikelola dengan baik.
Penerapan dan Tantangan Modern
1. Tantangan Federalisme Simetris
- Ketimpangan Ekonomi: Di AS, negara bagian kaya seperti California memiliki kapasitas fiskal lebih besar daripada negara bagian miskin seperti Mississippi, menciptakan kesenjangan meskipun status konstitusional sama (Journal of Federalism, 2024).
- Globalisasi: Tekanan globalisasi mendorong sentralisasi kebijakan ekonomi, melemahkan otonomi negara bagian dalam federalisme simetris (World Politics Review, 2025).
- Contoh Kasus: Di Australia, pandemi COVID-19 (2020–2022) menunjukkan ketegangan ketika negara bagian menerapkan kebijakan lockdown yang berbeda, meskipun secara konstitusional setara (The Conversation, 2024).
2. Tantangan Federalisme Asimetris
- Separatisme: Di Spanyol, otonomi Catalonia memicu referendum kemerdekaan 2017, yang menyebabkan krisis konstitusional (web:8). Di India, pencabutan otonomi Jammu dan Kashmir meningkatkan ketegangan dengan komunitas lokal (World Politics Review, 2025).
- Kecemburuan Regional: Di Malaysia, Sabah dan Sarawak menuntut otonomi lebih besar, sementara negara bagian lain merasa diabaikan (Journal of Federalism, 2024).
- Contoh Kasus: Di Kanada, kebijakan bahasa Quebec yang ketat (misalnya, Bill 96, 2022) memicu protes dari komunitas Anglophone, menyoroti ketegangan asimetri (The Conversation, 2024).
3. Relevansi di Era Modern
- Keragaman Global: Dengan meningkatnya migrasi dan konflik identitas, federalisme asimetris semakin relevan untuk mengelola keragaman, seperti di negara-negara dengan populasi adat atau minoritas (web:7). Postingan X dari @PolSciJ (2025) menekankan bahwa “asimetri adalah solusi pragmatis untuk dunia yang terfragmentasi.”
- Krisis Iklim: Federalisme memungkinkan eksperimen kebijakan lokal, seperti inisiatif energi terbarukan di negara bagian AS atau provinsi Kanada (World Politics Review, 2025).
- Demokrasi: Federalisme memperkuat partisipasi lokal, tetapi juga menghadapi tantangan dari populisme yang menuntut sentralisasi (The Conversation, 2024).
Rekomendasi untuk Tata Kelola Federal
Untuk mengoptimalkan federalisme simetris dan asimetris:
- Pemerintah Pusat: Pastikan pembagian kekuasaan yang jelas dalam konstitusi dan hindari intervensi berlebihan dalam urusan subnasional (Journal of Federalism, 2024).
- Unit Subnasional: Gunakan otonomi untuk inovasi kebijakan, seperti solusi lokal untuk perubahan iklim atau pendidikan (The Conversation, 2024).
- Dialog Nasional: Fasilitasi komunikasi antarwilayah untuk mengurangi kecemburuan atau konflik, terutama dalam sistem asimetris (web:8).
- Pendidikan Politik: Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat federalisme untuk mendorong partisipasi demokratis (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2023).
- Fleksibilitas Konstitusional: Sesuaikan sistem federal dengan dinamika sosial, seperti memberikan otonomi tambahan untuk wilayah dengan kebutuhan unik (World Politics Review, 2025).
Penutup
Federalisme adalah sistem pemerintahan yang dinamis, menawarkan solusi untuk mengelola keragaman dan menyeimbangkan kekuasaan dalam negara yang kompleks (Encyclopaedia Britannica, 2024). Federalisme simetris, seperti di AS dan Australia, mempromosikan kesetaraan dan persatuan, tetapi mungkin kurang fleksibel dalam menghadapi keragaman budaya (web:5). Sebaliknya, federalisme asimetris, seperti di Kanada dan India, mengakomodasi identitas unik, tetapi berisiko memicu ketimpangan atau separatisme (web:8). Kedua model memiliki kelebihan dan tantangan, dengan keberhasilan tergantung pada konteks historis, desain konstitusional, dan manajemen konflik (Journal of Federalism, 2024). Di era globalisasi dan krisis iklim, federalisme tetap relevan sebagai alat untuk demokrasi lokal dan inovasi kebijakan (World Politics Review, 2025). Seperti dicatat dalam postingan X oleh @GlobalGov (2025), “Federalisme bukan sekadar struktur, tetapi seni menyeimbangkan persatuan dan keragaman.” Dengan pendekatan yang bijaksana, federalisme dapat terus menjadi fondasi tata kelola yang inklusif dan efektif.
Sumber:
- Encyclopaedia Britannica. (2024). Federalism: Theory and Practice.
- Stanford Encyclopedia of Philosophy. (2023). Federalism.
- The Conversation. (2024). Federalism in the Age of Diversity.
BACA JUGA: Pengertian dan Perbedaan Paham Komunisme Menurut Marxisme: Analisis Mendalam
BACA JUGA: Tim Berners-Lee: Pencetus World Wide Web dan Karya Revolusioner yang Mengubah Dunia
BACA JUGA: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial di Era 2025: Peluang dan Tantangan dalam Kehidupan Digital